Pendidikan Semesta

Pendidikan Semesta

Oleh: Dr. H. Muhammad Nasir, S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Anambas

Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?

(QS Al-Gasiyah 17-20)

Dunia saat ini telah mengalami masa puncak evolusi teknologi yang telah ber-implikasi terhadap seluruh kehidupan dalam multidimensi. Hal tersebut merupakan bagian dari semangat zaman yang tak terelekan, sehingga manusia telah di digiring masuk ke dalam dunia virtual yang disebut sebagai metaverse.

Metaverse adalah sesuatu yang paradoks baik dalam ruang dan fisik, dengan ekspresi yang disebut sebagai “phygital” dalam penyelidikan kontemporer ke dalam desain pengalaman manusia (Gaggilio, 2017).

Senada dengan itu, Hermann dan Brownning, (2021) berpendapat bahwa metaverse merupakan ekspresi budaya yang akan meresap, dan akan memberi implikasi terhadap pengetahuan, sosial, hingga geo-spasial. Dunia metaverse akan menjadi hal yang bersifat niscaya. Dengan desain yang menyerupai dunia fisik secara alamiah, metaverse mencoba untuk menggambarkan dengan transparansi melalui dunia 3D realitas kehidupan manusia. Gaya hidup manusia dapat terstruktur dengan cara yang seringkali bertentangan dengan kodrat manusia.

Skenario ini menuntut peningkatan pendidikan dan literasi dalam masyarakat. Salah satu pendekatannya adalah evolusi pendidikan yang berpusat pada transformasi. Apa alasannya? Seiring manusia modern menerima globalisasi sebagai peradaban baru, mereka mau tidak mau mengukur kesuksesan berdasarkan sains dan teknologi, meskipun kemerosotan moral terus meningkat.

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2025 di Indonesia, tema "Partisipasi Universal Mewujudkan Pendidikan Berkualitas untuk Semua" diusung. Topik ini erat kaitannya dengan gagasan pendidikan ramah lingkungan. Teori pendidikan menyatakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi mutu pendidikan. Lingkungan belajar bertujuan untuk menciptakan suasana pendidikan yang mendukung dan memfasilitasi penyampaian pendidikan, sehingga berdampak pada pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam menentukan kondisi lingkungan pendidikan, penting untuk mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan diskusi ilmiah atau teoretis tentang lingkungan, masyarakat, dan psikologi dalam pendidikan; khususnya, teori yang digunakan adalah teori ekologi, sosiologi, dan psikologi.

Secara psikologis, lingkungan mencakup segala stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran, sampai matinya. Stimulasi itu misalnya, berupa sifat genius, interaksi genius, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual. Secara sosio cultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain.

Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang dapat menunjang suatu proses kependidikan atau bahkan secara langsung digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan (M.Haris Zubaidillah;2018). Dari prinsip ini penulis berkeyakinan alam semesta menjadi inti visi pendidikan berkelanjutan yang dapat berjalan dengan semangat tanpa batas. Semangat tersebut berwujud dalam bentuk metaverse yaitu dunia virtual 3D yang mengintegrasikan dunia fisik dan digital, di mana pengguna dapat berinteraksi melalui avatar untuk berbagai aktifitas termasuk pendidikan dengan menggunakan perangkat teknologi aplikasi. Konsep ini diibaratkan sebagai evolusi baru di masa depan, yang menciptakan ruang digital tunggal, bersama, untuk pengalaman yang lebih imersif dalam dunia pendidikan.

Esensi metaverse telah diperkenalkan di berbagai institusi pendidikan tinggi. Sebagai pendekatan baru, pendidikan yang menggabungkan etos metaverse menawarkan banyak keuntungan. Meskipun teknologi telah sangat memengaruhi pendidikan, kita perlu menggali lebih dalam untuk membangun argumen tandingan terhadap kemajuan dan keberadaan metaverse dalam lingkungan pendidikan. Secara khusus, penciptaan metaverse akan sangat memengaruhi tujuan dan arah pendidikan di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa, pada dasarnya, kemajuan teknologi metaverse dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan.

Menjawab tantangan tersebut, pendidikan semesta menawarkan solusi. Pendidikan semesta memadukan kemampuan intelektual, spiritual, dan sosiokultural untuk membangun manusia yang ber-kesadaran dan ber-peradaban. Dalam masyarakat yang terus berkembang, proses pendidikan berperan sebagai upaya kompleks untuk menyambut masa depan dengan terus-menerus menggali potensi kesadaran sosiologis, antropologis, dan teologis secara berkelanjutan. Kultur religius harus ditonjolkan dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai inspirasi untuk bertindak positif dan untuk memupuk keharmonisan dalam hidup.

Lingkungan pendidikan dapat dirancang untuk mewujudkan standar prestasi akademik yang tinggi, baik secara lokal maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan merupakan suatu kondisi yang dapat dirancang dengan menggunakan berbagai teori untuk memastikan bahwa pendidikan berjalan secara efisien dan mencapai standar yang tinggi.

Terkait dengan hal itu terdapat teori ekologi perkembangan yang mencoba menguraikan pengembangkan pendidikan dengan pendekatan ekologi. Pendekatan tersebut dilakukan melalui lima subsistem yang relevan dengan pendidikan yakni, 1) mikro-sistem, yang mengkaji setting di mana individu hidup, 2) meso-sistem, mengkaji interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro yang meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks, 3) ekso-sistem, mengkaji pengalaman pengalaman dalam setting sosial lain di mana pendidikan belum memiliki peran yang aktif tetapi berefek pada peningkatan mutu, 4) makro-sistem, kajian tentang peran kebudayaan dalam pendidikan, dan 5) krono-sistem, yang meliputi kajian terkait peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosio-historis. (H. Salsabila: 2018).

Kita tidak jelaskan satu persatu di sini kelima subsistem tersebut, tetapi yang ingin penulis tegaskan adalah subsistem tersebut merepresentasikan realitas ekologis yang perlu diakui, dikaji secara mendalam, dilestarikan, dan ditingkatkan demi kemaslahatan umat manusia. Allah SWT menunjukkan kebenaran ini dalam Al-Qur'an, Surat Al-Ghasiyah ayat 17-20, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Ayat tersebut menggambarkan hewan, yang dilambangkan oleh unta, sementara langit, gunung, dan bumi melambangkan realitas mikro-ekologis yang terkait dengan proses pendidikan semesta. Dalam konteks ekologis ini, Menteri Agama RI menggambarkannya dalam programnya sebagai eko-teologis.

Pendidikan semesta mempertegas kembali fungsi nilai agama dan kemanusiaan yang menjadi dasar bangunan masa depan umat manusia. Tuhan menurunkan agama di bumi bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari kerusakan dan pertikaian. Bukan sebagai pembatas atau penghalang manusia untuk berbuat kebaikan, kenal mengenal dan saling menolong satu sama lain.

Di sisi lain kesenjangan pendidikan global belum memberikan dampak dalam system perencanaan dan peng-edukasian dalam menjawab keprihatinan umat menusia terhadap beberapa hal yaitu; pertama; Pertumbuhan penduduk yang masih belum terkendali, kedua; Kerusakan dan melemahnya potensi lingkungan hidup dan ketiga; kaburnya makna kemanusiaan dan ketuhanan. Ketiga hal ini, membutuhkan jawaban dan penanganan seriaus secara bersama umat manusia sedunia. Pendidikan semesta merupakan solusi yang ditawarkan. Untuk itu beberapa strategi dapat dikembankan sebagai berikut;

Pertama: Mendinamisir potensi strategis pendidikan semesta.

Argumen yang terbangun selama ini bahwa pendidikan global belum mampu menjawab tantangan krisis nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai badan pendidikan baik nasional maupun global namun masih mengkhawatirkan terhadap kelangsungan pendidikan di masa depan.

Potensi strategis pendidikan semesta adalah salah satu jawaban dalam membangun kesatuan ilmu, kesatuan, budaya dan kesatuan tujuan. Ia merupakan potensi strategis yang memandang mutu sebagai obyek utama yang tidak berdiri sendiri. Karena mutu bersifat dinamis, ia tidak dapat dicapai dalam waktu tertentu, maka proses pendidikan harus tidak terbatas. Disini proses tidak bisa di evaluasi dalam jangka waktu tertentu karena nilai-nilai pendidikan yang akan menjadi obyek dapat timbul dalam waktu yang tak terbatas, bisa cepat, bisa lambat dan bisa tidak berkembang sama sekali.

Strategi Pendidikan semesta hakikatnya merupakan struktur dan mekanisme Pendidikan yang melibatkan seluruh institusi melalui pembaharuan metode, akses, proses dan kebijakan. Pembaharuan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah penyegaran iklim yang dapat memadukan kesadaran manusia terhadap tujuan kehidupannya.

Kedua: Mengakumulasi pengetahun akademik

Pengetahuan akademik menyebabkan terbangunnya kecerdasan manusia secara universal. Kesadara universal menjadi tantangan yang sangat sentral dalam era disrupsi dan digitalisasi. Tantangan ini terus membesar dengan lahirnya kecerdasan buatan alias AI dalam kehidupan modern. Manusia akan semaki memanjakan aqalnya dengan mengendapkan potensi kesadarannya. Padahal potensi aqal tanpa akumulasi akademik tidak mempertajam pisau analisis kecerdasan manusia. Pengetahuan akademik dikembangkan dengan tujuan untuk membangun model kecerdasan plural yang menekankan nilai-nilai moral seperti kasih sayang, cinta sesama, tolong menolong, toleransi, menghargai keragaman dan perbedaan pendapat serta menjunjung tinggi kemanusiaan.

Pendidikan merupakan proses yang berlangsung dalam suatu budaya tertentu. Banyak nilai-nilai budaya dan orientasinya yang bisa menghambat dan bisa mendorong pendidikan masa depan. Dan bahkan banyak pula nilai-nilai budaya yang dapat di manfaatkan secara sadar dalam proses pendidikan. Umpamanya saja di jepang terdapat “moral Ninomiya Kinjiro”, adalah nilai budaya yang dimanfatkan praktek penddikan untuk mengembangkan etos kerja.

Kinjiro adalah anak desa yang miskin, yang belajar dan bekerja keras sehingga bisa menjadi samurai, suatu jabatan yang sangat terhormat. Karena saking miskinnya orang tuanya tidak mampu membeli alat penerangan. Sebab itu dalam belajar ia menggunakan penerangan dari kunang-kunang yang dimasukan kedalam botol. Kerja keras diterima bukan sebagai beban, melainkan dinikmati sebagai pengabdian. Selain semangat kerja keras, budaya jepang juga menekankan rasa keindahan yang tercerminkan pada ketekunan, hemat, jujur dan bersih sebagaimana semangat Kinjiro diwujudkan dalam patung anak yang sedang asyik membaca sambil berjalan dengan menggendong kayu bakar di pundaknya. Patung tersebut didirikan di setiap sekolah di Jepang.

Di negara-negara maju seperti Finlandia umpamanya, pendidikan mendapat tempat paling utama dalam pembangunan masyarakatnya. Di Finlandia terkenal dengan falsafah pendidikannya dengan “Pendidikan untuk semua.” Melalui falsafah ini pemerintah Finlandia menjamin fleksibilitas dan keragaman kuktur dan natur mendapatkan Pendidikan secara baik dengan kualitas mutu terjamin. Keragaman kultur adalah perbedaan suku, bangsa dan ras tidak menjadi perbedaan dalam mendapatkan akses pendidikan bermutu. Sedangkan keragaman natur merupakan beragam sumber daya dan potensi di kerahkan dalam menjamin terselenggaranya Pendidikan yang berkualitas. Baik sumberdaya alam, potensi tehnologi dan manusianya tanpa terikat oleh standarisasi dikembangkan secara utuh dan menyeluruh secara adil dan berkesinambungan.

Di masa depan, pendidikan wajib perlu mencerminkan budaya dan hakikat masyarakat secara adil dan merata. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan proses kemajuan pendidikan global, yang melibatkan inisiasi pembelajaran yang berkualitas dan berkelanjutan. Di Indonesia, studi tentang budaya pendidikan semesta masih terbatas, baik dalam konteks strategi nasional maupun global. Hingga saat ini, kita masih menjumpai pendidikan yang berfokus pada capaian dan metodologi. Meskipun demikian, penulis menegaskan bahwa pembangunan manusia tidak hanya berfokus pada proses dan capaian; pembangunan manusia juga harus mencakup hakikat kehidupan itu sendiri, di samping kedua aspek tersebut.

Hakikat keberadaan manusia di bumi adalah untuk mengabdi kepada Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta untuk menopang kehidupan manusia di bumi. Penting untuk menilai kembali faktor-faktor yang memengaruhi budaya pendidikan yang rapuh, sehingga memengaruhi kualitas. Sistem pendidikan kita, yang selama ini berfokus pada faktor internal dan eksternal, belum mempertimbangkan pengaruh perubahan global. Faktor perubahan global (kesadaran) yang pada intinya akan berkait dengan penciptaan peradaban umat manusia. Karena bagaimanapun pendidikan semesta pada intinya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berkeadaban (civilize culture society).

Menurut Ali Syari’ati pendidikan semesta seharusnya melahirkan manusia-manusia cerdas baik intelektual, kultural, spiritual dan moral. Sebab itu mereka menjadi orang yang “Rausyan Fikri” atau seorang “intelektual organic” menurut Antonio Gramasci (Ahmad Fuad Fanani;2004). Pendidikan yang menekankan transformasi pengetahuan yang memihak pada kemanusiaan universal. Kebebasan berfikir dan pengembangan sikap kritis dengan kesadaran yang penuh bahwa manusia dan alam ciptaan Tuhan adalah materi pembelajaran yang amat sentral bagi seluruh manusia. Lingkungan, kejadian, refleksi, aksi menjadi keniscayaan yang harus diwujudkan sebagai kenyataan nilai dalam pendidikan. Nilai-nilai tersebut memperkuat lahirnya sikap beragama yang harmonium-multicultur dalam hubungan antar sesama. Maka pengetahuan akademik yang di hasilkan bertransformasi dalam bentuk aksi kemanusiaan dan keadilan utamanya dalam nenetang berbagai macam kejahatan kamanusiaan akibat pengaruh negatif globalisasi.

Ketiga: Menjagat-rayakan nilai pendidikan

Menjagat-rayakan nilai pendidikan merupakan strategi pendidikan semesta yang bertujuan untuk mngembangkan visi kesetaraan dan persamaan kemanusiaan. Menurut Muhammad Husain Haykal (2004), prinsip persamaan antar kemanusiaan dipandang sebagai prinsip dasar bagi pengelolaan masyarakat. Dalam prinsip ini semua manusia sama dan bahkan mereka bersaudara. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akan membangun kesadaran universal untuk memberikan panduan hidup dalam interaksi social yang semakin menglobal.

Prinsip kesetaraan mendorong perspektif yang memandang dan memperlakukan semua individu secara adil. Di Indonesia, sudut pandang tentang keadilan ini berfungsi sebagai prinsip pendidikan yang transformatif. Prinsip ini mengarah pada gagasan tentang kesetaraan hak dan tanggung jawab etis bagi semua individu. Di era disruptif saat ini, prinsip ini dapat menjadi dasar demokrasi, bersama dengan hak atas kebebasan dan persaudaraan. Berdasarkan prinsip kesetaraan, setiap orang memiliki hak yang sama untuk terlibat dalam urusan politik dan mengawasi kebijakan pemerintah.

Ke depannya, pendidikan semesta dapat menjadi reaksi terhadap transformasi global. Pendidikan semesta telah bertransisi dari sekadar fenomena menjadi kenyataan yang perlu ditingkatkan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat global. Pendidikan semesta berperan sebagai dasar untuk mengembangkan sumber daya manusia dan membentuk karakter bangsa yang sejati.

Visi Pendidikan semesta terakumulasi dalam proses yang berkelanjutan. Proses diandai dengan perubahan yang terus menerus, sehingga pendidikan semesta tidak hanya berlangsung dalam suasana yang steril dan vakum melainkan berlangsung dalam proses itu sendiri. Proses adalah inti perubahan yang menyangkut dengan interaksi berkelanjutan dengan lingkungan, baik social, politik, budaya, ekonomi dan agama. Karenanya dalam meningkatkan kualitas nilai pendidikan harus senantiasa mengkaji (brain researchs) dan memahami perkembangan masyarakat global. Dinamika lingkungan dunia diteliti untuk mendorong perubahan berkelanjutan yang memenuhi kebutuhan manusia (intelektual, spiritual, emosional, dan moral/etika) yang berakar pada nilai-nilai pendidikan dengan pemikiran kreatif. Allahu a’lam bissawab.

#Umum
SHARE :
Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin

LINK TERKAIT